Makalah Tes Uraian
MACAM-MACAM BENTUK TES URAIAN
Urip Meilina Kurniawati (15480104)
Abstrak
Hasil belajar peserta didik sangat dipengaruhi oleh strategi yang
digunakan guru dalam proses pembelajran. Salah satu cara untuk mengukur tingkat
pemahaman dan penguasaan materi yang dipelajari yaitu dengan pemberian tes. Tes
yang dapat digunakan oleh seorang guru salah satunya yaitu tes uraian. Tes
uraian merupakan tes yang menuntut peserta didik untuk berfikir dan
menuangkannya dalam tulisan dan menggunakan bahasanya sendiri. Tes uraian itu
ada dua yaitu tes uraian terbatas dan te uraian bebas. Seorang guru juga harus
memperhatikan beberapa hal dalam menyusun atau membuat tes uraian, karena
jumlah soal tes uraian terbatas. Sehingga dalam pembuatan tes uraian harus
mencangkup seluruh materi yang telah dipelajari. Tes uraian juga dapat
meningkatkan rasa percaya diri anak dalam beragumentasi. Peserta didik memiliki
kebebasan dalam menjawab soal tes uraian.
Kata kunci : Peserta
didik, Tes uraian, dan Guru
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Peningkatan mutu, relevansi, dan
daya saing pendidikan sangat erat kaitannya dengan pengembangan sumer daya
manusia. Upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan mutu guru sangat diperlukan.
Guru merupakan salah satu komponen yang paling vital dan fakor dominan dalam
proses pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, tanggung jawab pendidikan dan
tinggi rendahnya hasil belajar siswa, baik secara langsung maupun tidak
langsung masih berada di pundak seorang guru.
Dalam upaya menghasilkan sumber daya
manusia yang berkualitas dan memiliki daya saing yang kuat, maka pengusaan
materi merupakan sesuatu hal yang mutlak. Upaya peningkatan kualitas hasil
belajar harus diimbangi dengan kompetensi para guru yaitu kemampuan untuk mengajar
yang di dalamnya memuat kemampuan inovasi pemberian tes. Berdasarkan masalah
tersebut maka penulis ingin membahas tentang apa itu tes uraian, macam-macam
tes uraian, kelebihan dan kelemahanya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan tes uraian?
2.
Apa yang
dimaksud dengan ciri-ciri tes uraian?
3.
Apa
saja Macam-macam tes uraian?
4.
Apa
saja hal-hal yang harus diperhatikan dalam tes uraian?
5.
Apa
saja kelebihan dan kelemahan tes uraian?
6.
Apa
saja petunjuk operasional dalam penyusunan tes uraian?
7.
Bagaimana
cara mengoreksi soal uraian?
8.
bagaimana
tes uraian dengan tes objektif?
BAB I
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tes Uraian
Tes merupakan salah satu cara untuk
menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, melalui respond
seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan.[1] Tes
Uraian (essay test), yang juga sering dengan istilah tes subyektif, adalah
salah satu jenis tes hasil belajar yang memiliki karakteristik tertentu.[2]
Tes uraian menuntut Peserta didik untuk menguraikan, mengorganisasikan dan
menyatakan jawaban dengan kata-katanya sendiri dalam bentuk, teknik, dan gaya
yang berbeda satu dengan yang lainnya.[3]
Tes uraiana menurut Wiersma dan
Juers (1999:73), Essay items provide the students with an opportunity to
organize, analyze, and synthesize ideas. Its potential for measuring higher –
level or complex learning outcomes. . Butir tes uraian memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk menyusun menganalisis dan mensintesis ide-ide dan
mengembangkan sendiri argumen serta menuliskannya dalam bentuk yang tersusun.
Tes uraian adalah butir soal yang menuntut siswa untuk menyusun, merumuskan,
dan mengemukakan sendiri jawabannya menurut kata-katanya sendiri secara bebas.[4] Tes
uraian adalah bentuk tes dengan pertanyaan atau tugas yang menjawabnya
memerlukan ekspresi pemikiran peserta didik.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa tes uraian adalah butir soal dengan pertanyaan dan jawabannya
menuntut peserta didik untuk belajar beragumentasi dengan bahasanya sendiri.
B.
Ciri-ciri Tes Uraian
Tes uraian
banyak digunakan untuk mengukur kemampuan yang lebih tinggi dalam aspek
kognitif, seperti menggunakan, menganalisis, menilai dan berpikir kreatif,
sebab melalui tes tipe ini peserta didik
diajak untuk dapat menerangkan, mengungkapkan, menciptakan, membandingkan,
maupun menilai suatu objek evaluasi. tes ini kurang cukup untuk mengukur aspek
materi pelajaran yang pernah disampaikan. [5]Akan
tetapi, tes uraian menyediakan kebebasan kepada peserta didik dalam menentukan
responsnya terhadap materi yang ditanyakan. Peserta didik menyusun, menggunakan
bahasanya sendiri dan pengetahuan yang telah dimilikinya dalam menformulasikan
jawaban yang disusunnya.
Ciri utama tes
uraian yaitu a). Setiap peserta ujian menyusun jawabannya sendiri dengan
meminimalkan hambatan yang akan timbul, b). Peserta didik menggunakan bahasa
dan kata-katanya sendiri dalam menjawab pertanyaan (biasanya menggunakan
tulisan tangan sendiri atau mungkin juga ketikan komputer), c). Pertanyaan yang
diajukan lebih bersifat umum dan sangat sedikit jumlahnya, serta kurang
mewakili semua bahan atau materi belajar.d). Peserta didik mengemukakan
jawabannya dengan bermacam kelengkapan dan ketelitian, sesuai dengan kondisi
masing-masing.[6]
Adapun
ciri-ciri tes uraian yang lainnya yaitu sebagai berikut:
1.
Berbentuk
pertanyaan
Tes
tersebut berbentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban berupa
uraian atau paparan kalimat yang pada umumnya cukup panjang.
2.
Menuntut
untuk memberikan pendapat
Tes
tersebut bentuk-bentuk pertanyaan atau perintah menuntut untuk memberikan
penjelasan, komentar, penafsiran, membandingkan, membedakan dan sebagainya.
3.
Jumlah
butir soal terbatas.
Tes
uraian jumlah butir soalnya uumnya berkisar antara lima sampai dengn sepuluh
butir.
4.
Pada
umumnya butir-butir soal tes uraian diawali dengan kata-kata jelaskan, mengapa,
bagaimana, terangkan, uraikan, dan kata-kata lain yang hampir sama dengan itu.[7]
C.
Macam-Macam Tes Uraian
Tes Uraian dibagi menjadi 2 macam yaitu
1.
Uraian
Terbatas atau terstruktur
Soal
yang disusun tidak mengembang tetapi lebih terarah dan terbatas, sehingga ada
batasan jawaban.Walaupun kalimat jawaban perserta didik itu beraneka ragam,
tetapi harus ada pokok-pokok penting yang terdapat dalam sistematika jawabannya
sesuai dengan batas-batas yang telah ditentukan dan dikehendaki dalam soalnya.[8] Maka
yang paling penting dan harus diperhatikan yaitu sistematika jawabannya. [9]
Contohnya:
1)
Sebutkan
dan jelaskan secara singkat tiga peristiwa yang terjadi pada masa Khulafaur
Rasyidin!
2)
Sebutkan
lima komponen dalam sistem komputer!
2.
Uraian
tak terbatas atau bebas
Tes
uraian jenis ini membuka kesempatan kepada setiap orang yang menjawab pertnyaan
untuk mengeluaran pendapatnya sesuai dengan yang dia ketahui. Bebas
beragumentasi dengan soal dan menjawab menurut pandangannya masing-masing.
Setiap tes mengandung problematik bukan hanya sekedar menanyakan fakta-fakta
saja.[10] Oleh
karena itu, setiap test mempunyai cara dan sistematika yang berbeda-beda.
Tetapi harus mempunyai patokan dalam mengoreksi jawaban.[11]
Contohnya:
1)
Coba
jelaskan perbedaan tanaman monnokotil dan tanaman dikotil!
2)
Jelaskan
perbedaan antara rukun dan wajib haji tersebut!
3)
Bagaimana
perkembangan komputer di Indonesia, jalaskan dengan singkat!
D.
Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Tes Uraian
Seorang guru atau pendidik dalam
membuat soal tes uraian harus memperhatikan beberapa hal yaitu:
1.
Setiap
soal dalam pembuatannya harus direncanakan dengan baik serta diarahkan untuk
menguji salah satu tujuan pembelajaran. Tapi bukan berarti satu soal hanya
mengarah pada satu tujuan pembelajaran.
2.
Setiap
pertanyaan dirumuskan secara tepat, jawabannya singkat dan bukan pertanyaannya
yang sangat umum. Hal ini dapat mengurai daya pembeda dan reliabilitas
pertanyaan yang disusun
3.
Waktu
yang disediakan sesuai dengan tuntutan yang dikehendaki.
4.
Semua
pertanyaan harus mewakili semua materi yang sudah di sampaikan. Oleh karena
itu, penyusunan soal dilakukan sesuai dengan kisi-kisi yang dibuat.[12]
Tes uraian merupakan salah satu tes
hasil belajar yang dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar, untuk mengetes
daya ingat dan pemahaman testee terhadap materi pelajaran yang ditanyakan dalam
tes. Serta kemampuan testee dalam memahami berbagai macam konsep berikut
aplikasinya. Tes uraian atau tes subyektif ini digunakan bla jumlah testeenya
terbatas.[13]
E.
Kelebihan dan Kekurangan Tes Uraian
Tes hasil belajar bentuk uraian, memiliki beberapa keelebihan
yaitu:
1.
Pembuatannya
mudah dan cepat
Dalam
pembuatan soal tes uraian kalimat-kalimat yang digunakan cukup pendek, sehingga
dalam penyusunannya tidak terlalu sulit dan tidak terlalu banyak memakan waktu,
tenaga, pikiran, peralatan dan biaya.
2.
Dapat
mencegah timbulnya spekulasi oleh peserta ujian.
Hal
ini dimungkinkan karena hanya peserta yang mampu memahami pertanyaan atau
perintah yang diajukan dalam tes itu sajalah yang akan dapat memberikan jawaban
yang benar dan tepat. Namun, ada peserta ujian yang tidak memahami pertanyaan
yang dikemukakan dalam tes serta kemungkinan kecil jawaban benar.
3.
Dapat
mengevaluasi dan mengukur tingkat kedalaman dan penguasaan peserta ujian dalam
memahami materi yang ditanyakan dalam tes tersebut.
4.
Memacu
peserta didik untuk mengemukakan pendapat.
Menggunakan
tes uraian dapat mendorong dan membiasakan testee untuk berani mengemukakan
pendapat dan terbiasa untuk berani mengemukakan pendapat dengan menggunakan
ssusunan kalimat dan gaya bahasanya sendiri.[14]
5.
Peserta
ujian tidak menerka-nerka.
6.
Ketepatan
dan kebenaran testee dapat dilihat dari kalimat-kalimatnya.[15]
7.
Menghemat
waktu dalam menyusun pertanyaan
8.
Tidak
membutuhkan fasilitas yang banyak, seperti fasilitas untuk menstensil., kertas
dan alat tulis lainnya.[16]
Adapun kelemahan
dari tes hasil belajar bentuk uraian yaitu:
1.
Materi
yang dicakup tidak luas
Tes
hasil belajar bentuk uraian pada umumnya kurang dapat menampung isi dan luasnya
materi yang telah diberikan, yang seharusnya diujikan dalam tes hasil belajar. Hal
ini disebabkan karena jumlah butir soal tes uraian terbatas, sehingga sulit
bagi pembuat soal untuk menyusun soal dalam jumlah yang terbatas, dan soal
tersebut hasrus mewakili keseluruhan materi pelajar yang telah dipelajari.
2.
Cara
mengoreksi jawaban soal tes uraian cukup sulit dan diperlukan waktu yang lama. Hal
ini disebabkan karena jawaban dari soal tes uraian bisa panjang dan lebar serta
bervariasi.[17]
Sehingga dalam mengoreksi jawaban menyita tenaga, pikiran, dan waktu serta
sukar sekali dinilai secara tepat dan komprehensif.[18]
3.
Guru
sering terkecoh dalam memberikan nilai dan Ada kecendurungan guru untuk
memberikan nilai.
Maksudnya
disini yaitu walaupun jawaban yang ditulis dilembar jawab itu benar tetapi
karena tulisannya tidak teratur, lembar jawab kotor, sobek dan sebagainya. Maka
nilai yang diberikan lebih rendah dari pada yang semestinya. Sebaliknya dengan
jawabannya kurang berkualitas tetapi karena tulisannya rapi, urut, lembar jawab
bersih, justru mendapatkan skor atau nilai yang lebih tinggi dari pada
semestinya.[19]
Hal ini terjadi karena dilihat dari keindahan kalimat dan tulisan, bahkan juga
oleh jumlah lembar jawaban.[20]
4.
Jawaban
tidak bisa dikoreksi oleh orang lain kecuali penyusunnya.
Hal
ini terjadi karena yang dapat mengoreksinya terbata pada guru-guru yang
menguasai materi sehingga kurang praktis bila jumlah peserta didiknya banyak[21].
Jikalau orang lain yang mengoreksi jawaban akan mengalami kesulitan dan ada
kemungkinan pemberian nilai hasil tes bisa berbeda dari yang semestinya.
5.
Daya
ketetepatan mengukur (validitas) dan daya kestabilan mengukur (reliabilitas)
yang dimiliki tes uraian rendah. Sehingga kurang dapat diandalkan sebagai alat
pengukuran hasil belajar yang baik.[22]
6.
Nilai
pada suatu butir memengaruhi nilai pada butir selanjutnya
7.
Kurangnya
kemampuan peserta didik dalam memahami isi atau kkurang konsisten dalam
menerjemahkan suatu utir, sehingga tes yang diberikan tidak sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya.[23]
F.
Petunjuk Operasional dalam Penyusunan Tes Uraian
Penyusunan tes uraian itu bertitik
tolah dari keunggulan-keunggulan dan kelemahan-kelemahan yang dimiliki. Maka
ada beberapa pedoman dalam menyusun soal tes uraian diantaranya
1.
Memahami
jenis stimulus yang diperlukan untuk menimbulkan atau memancing keluarnya
respond-respond.[24]
2.
Materi
yang akan diujikan hendaknya materi yang kurang cocok diukur dengan menggunakan
tes objektif.
3.
Mencakup
semua ide-ide pokok dari materi pelajaran yang telah diajarkan. Setiap soal
dapat tercakup berbagai macam materi yang cukup luas dan saling berkaitan serta
bersifat komprehensif.
4.
Untuk
menghindari timbulnya perbuatan curang seperti menyontek, hendaknya diusahakan
agar susunan kalimat soal dibuat berlainan dengan susunan kalimat yang terdapat
didalam buku pelajaran atau bahan lain yang diminta untuk mempelajarinya dan
dapat menyasah kecermatan peserta didik.[25]
5.
Menyususun
dan merumuskan kunci jawabannya dari soal yang telah dibuat. Jawaban soal
uraian jangan terlalu umum sehingga menyulitkan guru untuk menskornya karena
jawaban peserta didik yang heterogen.[26]
6.
Pertanyaan-pertanyaan
jangan dibuat seragam, melainkan dibuat secara bervariasi. Sehingga tidak
merasa bosan ketika mengerjakan soal tes uraian.[27]
7.
Kalimat
soal disusun secara ringkas, padat dan jelas. Sehingga cepat dipahami dan tidak
menimbulkan kebingungan dalam memberikan jawabannya.
8.
Setiap
pertanyaan hendaknya menggunakan petunjuk dan rumusan yang jelas sehingga mudah
dipahami dan tidak menimbulkan kebingungan.[28]
seperti: “Jawaban soal harus dituliskan si atas lembar berdasarkan nomor urut
soal”.[29]
9.
Jangan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memilih beberapa item dari
sejumlah item yang diberikan, sebab cara demikian tidak memungkinkan untuk
memperoleh skor yang dapat dibandingkan.[30]
10.
Soal-soal
tes urai harus mengarah pada hal-hal seperti menelaah persoalan, menjelaskan,
menggambarkan membandingkan dua hal atau lebih, memberikn kritik terhadap
sesuatu, menyelesaikan suatu persoalan seperti menghitung.[31]
11.
Gunakan
bahan-bahan atau pengantar materi dalam menyususn tes uraian tersebut.[32]
12.
Pertanyaan
dimulai menggunakan kata-kata seperti: “Bandingkan”, “Berilah alasan”, “Jelaskan
bagaimana pendapat anda”, dan sebagainya. Jangan memulai pertanyaan soal uraian
dengan kata-kata “Apa”, “Siapa”, “Kapan”, “Bilamana”, dan “Berapa”.[33]
13.
Soal
berhubungan dengan masalah yang terjadi di masyarakat. Hal ini diarahkan untuk
menilai bagaimana pendapat dan perhatian peserta didik terhadap masalah yang
terjadi.[34]
14.
Usahakan
agar soal uraian yang disusun dapat menimbulkan perilaku yang dikenhendaki
untuk dilakukan oleh peserta didik.
15.
Sesuaikan
panjang-pendeknya dan kompleksitas jawaban dengan tingkat kematangan siswa.[35]
16.
Tulislah
pedoman skor atau nilai jawaban untuk tiap soal.
G.
Cara Mengoreksi Soal Uraian
Metode yang ddapat di lakukan dalam
mengoreksi soal bentuk uraian Yaitu:
1.
Metode
Pernomor
Guru
dalam mengoreksi jawaban peserta didik untuk setiap nomor. Misalnya, guru mengoreksi
jawaban nomor satu untuk seluruh peserta didik, kemudian dilanjutkan dengan
mengoreksi nomor dua dan seterusnya.[36]
Metode ini membantu guru dalam memberikan nilai, karena mempermudah guru dalam
menilai kualitas jawaban peserta didik itu berbeda-beda. Akan tetapi, metode
pernomor ini sangat membutuhkan waktu yang cukup lama .
2.
Metode
Perlembar
Guru
dlam mengoreksi jawaban peserta didik dengan metode ini yaitu dengan mengoreksi
setiap lembar jawaban peserta didik mulai dari nomor satu sampai nomor terakhir.
Kelebihan dari metode ini yaitu relatif lebih murah dan memerlukan waktu yang
relatif sedikit. Sedangkan kelemahannya yaitu guru sering memberi skor yang
berbeda atas dua jawaban yang saa kualitasnya atau sebaliknya.
3.
Metode
Bersilang
Guru
dalam mengoreksi jawaban peserta didik dengan menukarkan hasil koreksi dengan
seseorang korektor kepada korektor yang lain. Jika telah selesai diikoreksi
oleh seorang korektor, kemudian dikoreksi kembali oleh korektor yang lain.
Kelebihan dari metode ini yaitu faktor subjektif dapat dikurangi, sedangkan
kelemahnnya yaitu membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak.[37]
Berdasarkan penjelasan diatas guru dapat
menggunakan salahsatu dari ketiga metode tersebut atau secara bervariasi. Hal
ini disesuaikan dengan kebutuhan. Adapun metode yang dapat digunakan guru dalam
mengoreksi jawaban soal uraian yaitu
1.
Analytical
Method,
Metode
ini merupakan suatu cara untuk mengoreksi jawaban peserta didik dengan
menganalisis jawaban peserta didik dengan jawaban yang sudah disediakan guru ,
kemudian dianalisis menjadi beberapa langkah atau unsur yang terpisahdan setiap
langkah diberi skor -skor tertentu.Setelah satu model jawaban tersusun , maka
jawaban masing-masing tersebut, kemudian diberi skor dengan tingkat
kebenarannya.
2.
Sorting
Method
Metode memilih
yang dipergunakan untuk memberi skor terhadap jawaban-jawaban yang tidak
dibagi-bagi menjadi unsur-unsur. Jawaban peserta didik harus dibaca secara
keseluruhan.
Selanjutnya ada
metode yang bisa digunakan guru dalam mengoreksi jawaban dari peserta didik
yang cocok untuk bentuk soal uraian bebas dan soal uraian terbatas, yaitu:
1.
Metode
Rating Method
Metode ini merupakan salah satu cara untuk mengoreksi jawaban
peserta didik dengan setiap jawaban peserta didik ditetapkan dalam salah satu
kelompok yang sudah dipilah-pilah berdasarkan kualitasnya selagi jawaban
tersebut dibaca. Kelompk- kelompok tersebut menggambarkan kualitas dan
menentukan berapa skor yang akan diberikan pada setiap jawaban.[38]
Contohnya, sebuah soal akan diberi skor maksimum 9, maka bagi soal tersebut
dapat dibuat 10 kelompok jawaban dari 9 sampai 0. Metode ini sangat cocok
digunakan untuk bentuk uraian berbeda.
2.
Metode
Point Method
Metode ini, setiap jawaban peserta didik dibandingkan dengan
jawaban ideal yang telah ditetapkan dalam kunci jawaban dan skor yang diberikan
untuk setiap jawaban akan bergantung pada kesesuaian atau kesamaan dengan kunci
jawaban. Metode ini sangat cocok digunakan untuk bentuk soal uraian terbatas.[39]
Sedangkan menurut
M. Ngalim Purwanto, ada 6 cara dalam mengoreksi jawaban peserta diidik, yaitu:
1.
Nilailah
jawaban-jawaban soal uraian sesuai dengan hasil belajar yang sedang diukur.
2.
Untuk
soal-soal uraian dengan jawaban terbatas berilah skor dengan point atau sunakan
pedoman jawaban sebagai petunjuk.
3.
untuk
soal tes uraian dengan jawaban terbuka, maka gunakan kriteria tertentu sebagai
pedoman penilaian.
4.
Evaluasilah
semua jawaban peserta didik soal demi soal dan bukan siswa demi siswa.
5.
Evaluasilah
jawaban-jawaban sal uraian tanpa mengetahui identitas atau nama pesera
didik yang mengerjakan jawaban itu.
6.
Meminta
bantuan guru dua atau tiga orang untuk mngecek reabilitas penilaian terhadap
jawabn-jawaban uraian tersebut.[40]
H.
Langkah-langkah Pemberian Skor
Adapun langkah-langkah pemberian skor untuk soal bentuk uraian
non-objektif adalah sebagai berikut:
1.
Tulislah
garis-garis besar jawaban sebagai kriteria jawaban untuk dijadikan egangan
dalam pemberitahuan skor.
2.
Tetapkan
rentang skor untuk setiap kriteria jawaban.
3.
Pemberian
skor pada setiap jawaban bergantung pada kualitas jawaban yang diberikan oleh
peserta didik.
4.
Jumlahkan
skor-skor yang diperoleh dari setiap kriteria jawaban sebagai skor peserta
didik. Jumlah skor tertinggi dari setiap kriteria jawaban disebut skor maksimum
dari suatu soal.
5.
Periksalah
soal untuk setiaap nomor dari semua peserta didik sebelum pindah ke nomor soal
yang lain. Tujuannya untuk menghindari pemberian skor berbeda terhadap jawaban
yang sama.
6.
Jika
setiap butir soal tlah selesai diskor, hitunglah jumlah skor perolehan peserta
didik untuk setiap soal, kemudian hitunglah nilai tiap soal dengan rumus:
Nilai tiap soal=
x bobok soal
7.
Jumlahkan
semua nilai yang diperoleh dari semua soal. Jumlah nilai ini disebut nili akhir
dari suatu perangkat tes yang diberikan.[41]
I.
Perbedaan Tes Uraian dengan Tes Objektif
Tes uraian memiliki perbedaan dalam evaluasi hasil belajar, serta
mempunyai kelebihan dan kelemahan yaitu:[42]
Aspek
|
Tes Uraian
|
Tes Objektif
|
Tujuan yang diukur
|
a.
Baik
digunakan untuk mengukur kemampuan memahami, apabila dan analisis, paling
bagus digunakan untuk mengukur kemampuan menyatakan pendapat, menyusun ide
dan memecahkan masalah atau aspek evaluasi dan kreatif.
b.
Kurang
tepat digunakan untuk mengukur penguasaan fakta
|
a.
Baik digunakan untuk mengukur pengetahuan
fakta dengan cara memilih jawaban yang didesai untuk jenis tertentu, seperti
pilihan jamak. Analisis hubungan dapat digunakan untuk mengukur pemahaman dan
aplikasi.
b.
Kurang
baik untuk mengukur hasil belajar yang mencakup kemampuan analisis dan
evaluasi atau menyusun ide, dan keterampilan atau untuk memecahkan masalah.
|
Materi yang disajikan
|
Jumlah soal yang disusun sedikit dan tidak reprensentatif sehingg
tes lebih rendah
|
Jumlah soal yang disusun relatif banyak dan representatif jumlah yang
banyak dapat meningkatkan reliabilitas tes.
|
Penyusunan tes
|
Persiapan untuk menyusun butir soal uraian yang baik, memang
sukar, namun persisapan menyusun tes uraian lebih mudah daripada tes
objektif, hanya dibutuhkan beberapa butir soal dan waktu yang lebih sedikit.
|
Persiapan untuk menyusun tes objektif yang baik, sukar dan
membutuhkan waktu yang lama. pertanyaan lebih spesifik dan pendek-pendek.
|
Waktu
|
Butuh waktu banyak berpikir dan memikirkan jawaban, serta
menuliskan jawaban.
|
Butuh waktu yang banyak untuk membaca stema dan jawaban yang
didesain untuk tiap butir.
|
Insentif bagi peserta didik
|
Dapat melatih peserta didik untuk berani berpendapat, bagaimana
cara mengorganisasikan ide dengan bahasa mereka sendiri secara efektif.
|
Memberanikan peserta didik membangun kemampuan dan pengetahuan
mereka secara luas.
|
Arah Jawaban
|
Arah jawban kadang-kadang kabur, karena butir soal yang
dikemukakan terlalu umum.
|
Arah jawaban yang akan dipilih sudah jelas, sesuai dengan
alternatif jawaban.
|
Penskoran
|
a.
Membutuhkan
waktu yang cukup lama dalam menskor tes.
b.
Dipengaruhi
oleh subjektivitas penilaian dan kemampuan membaca dan memahami butir soal.
c.
Patokan
kurang baku dan hasilnya kurang stabil. Sebab apabila diskor, jawaban dari
peserta didik yang sama, hasilnya sering berbeda ketika diskor kemali oleh
pendidik yang berbeda
|
a.
Bersifat objekti
b.
Lebih
sederhana, waktu yang digunakan lebih pendek dan lebih dapat dipercaya.
|
Faktor-faktor yang mengganggu
|
Kemampuan menulis yang terbatas
|
Kemampuan membaca yang terbatas
Mudah diterka.[43]
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tes uraian
adalah butir soal dengan pertanyaan dan jawabannya menuntut peserta didik untuk belajar beragumentasi dengan bahasanya
sendiri. Tes uraian digunakan untuk mengukur kemampuan yang lebih tinggi dalam aspek
kognitif. Ciri utama tes uraian yaitu jawabnnya sesuai dengan pemikiran peserta
didik sendiri, menggunakan bahasanya sendiri, pertanyaan yang diajukan bersifat
umum, dan jawabannya bermacam-macam. Tes uraian ada dua macam yaitu tes uraian
bebas dan tes uraian terbatas. Dalam membuat tes uraian juga harus
memperhatikan beberapa hal. tes uraian juga memiliki kelebihan dan kelemahan.
Untuk itu dalam membuat tes uraian harus memperhatikan petunjuk
penyusunannya. Tidak hanya itu, dalam
mengoreksi soal tes uraian dapa menggunakan beberapa metode yaitu metode
penomor, metode perlembar, metode
bersilang. Metide pengoreksian dapat dilakukan dengan menggunakan salah dsatu
dari metode tersebut atau bisa secara bervariasi. Dalam pemberian skor juga
harus memperhatikan langkah-langkah dalam pemberian skor. Tes uraian dan tes
objektif memiliki beberapa perbedaan dilihat dari tujuan yang diukur, materi
yang disajikan, penyusunan tes, waktu, insentif bagi peserta didik, arah
jawaban, penskoran dan faktor-faktor yang menggaggu.
DAFTRA PUSTAKA
Sudijono, Anas.
1996. Prengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Arifin, Zainal.
2009. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip , teknik, Prosedur. Bandung: Remaja
Rosdakrya.
Arifin, Zainal.
1991. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip , teknik, Prosedur. Bandung: Remaja
Rosdakrya.
Yusuf,
Muri. 2015. Asesmen Dan Evaluasi
Pendidikan. Jaakarta: Kencana
Sudijono, Anas.
1996. Prengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Purwanto, M.
Ngalim. 1994. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Mardapi,
Djemari. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Non-Tes. Yogyakarta:
Mitracendikia.
[1] Djemari Mardapi, Teknik Penyusunan Instrumen Tes
dan Non-Tes. Yogyakarta: Mitracendikia. 2008):45
[2] Anas Sudijono,
Prengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996),
hlm. 99.
[3] Zainal Arifin,
Evaluasi Pembelajaran: Prinsip , teknik, Prosedur, (Bandung: Remaja Rosdakrya, 2009), hlm. 125.
[4] Supardi
, Hasil Belajar Matematika Siswa, Jurnal Formatif 3(2): 78-96 ISSN: Tahun
2088-351X, hlm. 85.
[5]
Muri Yusuf, Asesmen
Dan Evaluasi Pendidikan, ( Jaakarta: Kencana, 2015), hlm. 207.
[6] Ibid,
hlm. 208.
[7] Anas Sudijono,
Prengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm.
100.
[8] Zainal Arifin,
Evaluasi Pembelajaran: Prinsip , teknik, Prosedur, (Bandung: Remaja Rosdakrya, 2009), hlm. 125.
[9] Muri Yusuf, Asesmen
Dan Evaluasi Pendidikan, ( Jaakarta: Kencana, 2015), hlm. 208.
[10] Muri Yusuf, Asesmen
Dan Evaluasi Pendidikan, ( Jaakarta: Kencana, 2015), hlm. 208.
[11] Zainal Arifin,
Evaluasi Instruksional: Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1991), hlm. 29.
[12] Muri Yusuf, Asesmen
Dan Evaluasi Pendidikan, ( Jaakarta: Kencana, 2015), hlm. 211.
[13] Anas Sudijono,
Prengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996),
hlm. 101.
[14] ibid, hlm.
102
[15] Zainal Arifin,
Evaluasi Instruksional: Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1991), hlm. 31.
[16] [16] Muri
Yusuf, Asesmen Dan Evaluasi Pendidikan, ( Jaakarta: Kencana, 2015), hlm.
209.
[17] Anas Sudijono,
Prengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996),
hlm. 103.
[18] Zainal Arifin,
Evaluasi Instruksional: Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1991), hlm. 31.
[19] Anas Sudijono,
Prengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996),
hlm. 103.
[20] Zainal Arifin,
Evaluasi Instruksional: Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1991), hlm. 31.
[21] ibid, hlm.
31
[22] Anas Sudijono,
Prengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996),
hlm. 104.
[23] Muri Yusuf, Asesmen Dan Evaluasi
Pendidikan, ( Jaakarta: Kencana, 2015), hlm. 210.
[24] M. Ngalim
Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1994), hlm. 82.
[25] Anas Sudijono,
Prengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996),
hlm. 105.
[26] M. Ngalim
Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1994), hlm. 85.
[27] Anas Sudijono,
Prengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996),
hlm. 105.
[28] Zainal Arifin,
Evaluasi Instruksional: Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1991), hlm. 32.
[29] Ibid, hlm.
106.
[30] Zainal Arifin,
Evaluasi Instruksional: Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1991), hlm. 32.
[31] ibid, hm
32.
[32] M. Ngalim
Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1994), hlm. 82.
[33] ibid, hlm.
83.
[34] ibid, hlm.
85.
[35] Ibid, hlm.
86.
[36] Zainal Arifin,
Evaluasi Pembelajaran: Prinsip , teknik, Prosedur, (Bandung: Remaja Rosdakrya, 2009), hlm. 129.
[37] Ibid, hlm.
130
[38] Zainal Arifin,
Evaluasi Pembelajaran: Prinsip , teknik, Prosedur, (Bandung: Remaja Rosdakrya, 2009), hlm. 130.
[39] Zainal Arifin,
Evaluasi Pembelajaran: Prinsip , teknik, Prosedur, (Bandung: Remaja Rosdakrya, 2009), hlm. 130.
[40] M. Ngalim
Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1994), hlm. 87.
[41] Zainal Arifin,
Evaluasi Pembelajaran: Prinsip , teknik, Prosedur, (Bandung: Remaja Rosdakrya, 2009), hlm. 128.
[42] Muri Yusuf, Asesmen
Dan Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta: Kencana, 2015), hlm. 206.
[43] Muri Yusuf, Asesmen Dan Evaluasi
Pendidikan, ( Jakarta: Kencana, 2015), hlm. 207
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus